Welcome to my BLOG :) have fun guys..

cinta itu ibarat kopi, paling enak di minum saat masih panas tapi resikonya jadi cepat habis, kalau mau awet ya di minum sedikit-sedikit tapi resikonya jadi cepat dingin.. :)

Senin, 02 Juli 2012

Akhir Bercerita (cerpen)

C’mon read guys :)

AKHIR BERCERITA

Setiap orang nggak pernah minta di lahirkan hanya untuk merasakan ‘sakit’ pasti semuanya minta untuk bahagia, begitu juga sama Anggie. Hidupnya nggak klasik kayak di cerita-cerita film drama, biasa saja. Tapi semenjak kehadiran Rafa, semuanya berubah. Rafa layaknya seperti pangeran untuk Anggie.

            Masih sangat jelas diingatan Anggie ketika tanggal 04 April tahun kemarin, Rafa menyatakan cinta padanya. Bahkan tak tahu ingin berkata apa untuk mengungkapkan rasa senangnya, Anggie sangat bahagia.

            Semuanya berjalan mengikuti waktu, kami (RYZA) masih ingat ketika Rafa menjemput Anggie pulang sekolah, itu pertama kalinya kami melihat Rafa secara langsung.

“yaudah, gue duluan ya” kata Anggie sambil pamit pada kami, dia langsung menghampiri Rafa yang sudah menunggunya

“cieee.. hati-hati ya, dadaaaah” kami coba menggoda Anggie, lalu Anggie melambaikan tangannya yang berarti dia ingin pergi, tentu saja bersama Rafa. Kami senang melihat wajah Anggie, saat itu ia bahagia sekali.

            Bulan berikutnya mereka masih sama, baik-baik saja. Namun beberapa bulan kemudian hubungan mereka merenggang, karena kami melihat sedikit keganjalan di facebook Rafa. Hari demi hari kami menyelidiki tentang keganjalan itu, dan tepat dugaan kami. Rafa selingkuh. Awalnya Anggie tak percaya, namun semua itu di benarkan oleh Rafa.

“maafin aku Nggie” itu kata Rafa, seketika Anggie langsung menampar pipi Rafa. Seolah-olah dia ingin mengatakan “hati gue JAUH LEBIH SAKIT dari pada tamparan yang gue kasih!”

            Anggie menangis malam itu, untuk pria yang belum tentu menangisinya ketika dia melakukan hal yang sama. Apa pria itu akan tetap bertahan ketika Anggie menyakitinya?

            Anggie mencoba berhenti menangis, namun tak bisa. Kalau perlu ia ingin berteriak sekencang-kencangnya. Sempat terlintas di kepalanya apakah begitu membosankannya dia di mata Rafa? Anggie bukan seorang yang sempurna, bahkan untuk dirinya sendiri. Tapi apa Rafa tak mengerti kalau cinta yang dimiliki Anggie jauh lebih SEMPURNA? Apa Rafa tak merasakan itu semua hingga ada perempuan lain? Entahlah..

            Ia berharap kalau ini hanya mimpi buruk dan esok ia akan terbangun dari mimpinya, tapi ini memang benar-benar kenyataan. Remuklah hati Anggie. Anggie memaafkan semua kesalahan Rafa, ia tetap mencintai Rafa walaupun kini semua sudah berbeda. Mereka putus, Anggie memilih untuk mengalah untuk perempuan itu, Ria.

***
Sepeninggal kehilangan Rafa, Anggie memang sering keluar-masuk Rumah Sakit. Kondisi badannya sering drop, sering juga tiba-tiba pingsan. Kami ingat betul kalau Anggie dulu tak pernah seperti itu, pingsan pun tak pernah. Kami sering bertanya satu sama lain, apa begitu berharganya kah Rafa untuk Anggie?

Beberapa bulan kemudian Anggie mengetahui kalau Rafa dan Ria putus. Ia tak munafik, saat itu Anggie senang. Pangerannya sudah tak di ambil lagi oleh perempuan itu. Namun masih terlihat jelas dari status-status facebook Rafa kalau ia masih menginginkan Ria.

“akhirnya dia ngerasain juga kan apa yang selama ini gue rasain, rasanya tuh nyesek” kata Anggie di sms, nadanya seperti kesal

            Kami mengerti apa yang di rasakan Anggie, perempuan lebih mengandalkan perasaan sedangkan laki-laki lebih banyak dengan emosi. Kadang kami juga nggak ngerasa adil, si cowok minta dingertiin tapi apa mereka ngerti kalau mereka belum sepenuhnya ngertiin kita juga -_-

            Sering terlintas di fikiran Anggie untuk mengakhiri hidupnya “buat apa gue hidup tanpa ada yang ngertiin? Buat apa hidup kalau gue Cuma bisa nyusahin?” sudah terlalu banyak air mata yang ia keluarkan. Hanya untuk Rafa.

            Waktu terus berjalan, Anggie sudah mencoba membuka hati untuk laki-laki lain kami fikir dia sudah membuka hati seutuhnya untuk laki-laki itu namun salah, mereka putus dan Anggie masih terus merindukan sosok Rafa. Sampai pada akhirnya Anggie mengetahui kalau Rafa dan Ria kembali menjalin hubungan, iya mereka balikan.

            Anggie kembali menangis, ia berfikir mengapa saat itu Rafa lebih memilih pergi dari hidupnya daripada harus bertahan di sampingnya? Mengapa semuanya begitu terlihat tak adil? Setelah Anggie menggoreskan luka di tangannya dengan penuh darah, mengukir nama Rafa. Hanya sakit. Seandainya Rafa tahu isi hati Anggie kami yakin semuanya nggak akan seperti ini.

“andai aja masa-masa itu bisa terulang lagi, gue pasti akan jauh lebih BAHAGIA ketimbang kayak gini” Anggie coba meluapkan isi hatinya pada Yuri, sahabatnya

“di bulan April Nggie tepatnya, gue juga mau ngulang itu semua” Yuri yang memang juga merasakan apa yang di rasa oleh sahabatnya itu

***
            Pagi itu Anggie berangkat sekolah seperti biasa, melalui jalan depan rumah Rafa. Ia selalu berharap kalau bertemu dengan Rafa di sana, walau hanya melihat wajah Rafa dari jauh itu sudah membuat Anggie senang. Ketika ia melalui jalan itu terlihat jelas Rafa ada di sampingnya, mengendarai motor yang pernah membawa pulang Anggie. Anggie yang saat itu juga ada di atas motor terlihat kaget sekaligus senang. Jantungnya tak henti memacu untuk lebih cepat berdegup, Rafa yang selama satu tahun ini tak terlihat lagi tiba-tiba ada di sampingnya.

            Rafa tiba-tiba melempar senyum pada Anggie, dia senang bukan main. Dibalasnya senyum itu. Senyum yang selama ini tak pernah terlihat lagi olehnya.

            Sepulang sekolah Anggie menceritakan itu semua di buku catatannya, bukan buku diary, buku itu isinya semacam kumpulan puisi yang dia buat sendiri atau kumpulan lirik lagu. Semua yang dia alami selalu ia ungkapan disana, tentu saja semuanya bercerita tentang Muhammad Rafa. Sebentar lagi Rafa berulang tahun, Anggie ingin menghadiahkan Rafa “barang kecil-kecilan juga nggak apa-apa” fikirnya “yang penting niat gue tulus dari hati” tambahnya lagi.

“menurut lo barang apa ya yang cocok gue kasih ke Rafa pas nanti dia ulang tahun?” Anggie bertanya pada Devita, temannya

“yang dia suka, yang bisa di pakai sama dia Nggie” Devita menjawab dengan antusias

“tapi gue bingung apaan” keluh Anggie

“sebentar deh, emang pas lo ulang tahun kemarin dia ngasih kado ke lo?” Devita sedikit bingung. Lalu Anggie menggelengkan kepalanya, mukanya muram.

“kalau gue jadi lo, gue sih ogah ngado ke cowok macem si Rafa” Devita menyindir

“emang sih gue tau semuanya begitu terlihat nggak adil buat gue, tapi jauh di lubuk hati gue, gue akan selalu mencintai Rafa, walau mungkin Rafa selaluu…” kata-katanya terhenti

“selalu buat lo nangis dan kecewa, itu kan?” Devita mencoba memeluk Anggie, seketika Anggie menangis

“gue Cuma mau Rafa tau kalau gue masih sayang sama dia” Anggie masih sesenggukan mengatakannya
            Kira-kira satu minggu lebih Anggie berusaha menyisihkan uang jajannya untuk membelikan kado Rafa. Anggie melakukannya dengan senang hati, dia nggak peduli apa yang orang-orang omongin.

***
            Hari itu tepat tanggal 30 November dimana Rafa berulang tahun. Anggie sudah bersiap membawa kado ke rumah Rafa, Anggie gugup kalau Rafa tak menerima hadiah darinya. Selama di motor Anggie mengiringi perjalannya dengan do’a. Kado itu masih tersimpan rapi di dalam bagasi motor Anggie. Rafa tak tahu kalau Anggie ingin datang untuknya, karena Anggie ingin memberi kejutan.

            Saat itu semuanya begitu asing untuk Anggie, ia merasa tak karuan selama di perjalanan. Sewaktu di tikungan motor Anggie menyalip dari kiri sebuah mobil truck, dan akhirnya darah mulai berceceran di mana-mana, kepala Anggie mengeluarkan darah yang cukup banyak.

“itu tadi ada apa di depan jalan?” Rafa bertanya pada tetangganya

“tadi ada cewek ketabrak truck, kasihan bawa kado lagi” jawab seorang tetangga itu

            Rafa mencoba melihat ke tempat kejadian, namun orang tersebut sudah di bawa ke Rumah Sakit. RYZA, sahabat Anggie yang saat itu melihat Rafa langsung mengajaknya ke Rumah Sakit tersebut. Rafa kebingungan dan sesampainya di sana, ia mencoba untuk menerima kenyataan bahwa orang yang terbaring kaku, lemas tak berdaya, orang yang terpasang infus di tangannya, dan orang yang memakai alat bantu pernafasan itu adalah sosok yang ia kenal. Dia adalah Anggie.

            Rafa hanya terdiam, melihat sosok Anggie yang begitu parah. Ia ingin menangis tapi tak bisa. Terdengar lirih Anggie mengatakan sesuatu untuk Rafa.

“maaf ya kalau gue udah datang ke kehiupan lo secara tiba-tiba…” Anggie mencoba bernafas sejenak

“udah Nggie jangan di paksa” ucap Rafa sambil memegang tangan Anggie, Rafa menangis

“kkarena gue nggak se..laluu bbis..sa  ada di samm..piing llo” Anggie melanjutkan perkataanya dengan sangat terbata-bata, lalu Anggie menyodorkan kado tadi untuk Rafa. Seketika Rafa langsung memeluk Anggie.

            Dalam pelukan Rafa, Anggie terasa melemas. Rafa kaget ketika mendapati Anggie sudah menutup matanya. Mata indah yang selama ini di lihat Rafa. Sepertinya Anggie sudah tertidur pulas, tidur yang tak dapat membuatnya bangun, tidur yang panjang. Anggie pergi dalam ketenangan dan hari itu juga Anggie pergi untuk selama-lamanya.

            Suara tangisan dimana-mana, sahabat, keluarga, dan Rafa mengiringi kepergian Anggie dengan tangisan.

“ini, ambil.. baca.. buat lo semua” Yuri menyodorkan buku catatan Anggie untuk Rafa


*isi buku catatannya*

for you Muhammad Rafa..

- aku nggak tau sampai kapan aku akan bernafas. Namun yang aku tau, aku akan selalu mencintaimu hingga akhir waktunya..

-aku janji aku akan berhenti mencintai kamu, iya itu saat dimana aku sudah menutup mataku untuk selamanya..

-jika suatu saat nanti kamu sendiri dan tidak ada yang menemanimu, aku akan selalu ada di sana :)

-jika suatu saat nanti aku berhenti bernafas, percaya lah kalau aku nggak pernah bohong ketika aku bilang “aku sayang kamu”

-bila suatu saat nanti aku menutup mata, apakah kamu akan menangis untukku?


ketika akhir bercerita, ketika ketulusan cinta terungkap”


yovincanabilla

Tidak ada komentar:

Posting Komentar