Welcome to my BLOG :) have fun guys..

cinta itu ibarat kopi, paling enak di minum saat masih panas tapi resikonya jadi cepat habis, kalau mau awet ya di minum sedikit-sedikit tapi resikonya jadi cepat dingin.. :)

Sabtu, 30 Juni 2012

Ketika Aku Pergi (cerpen)

KETIKA AKU PERGI
Sudah lama rasanya Yuri tak tahu lagi kabar dari cowok itu, yah sebut saja namanya Adri. Sulit bagi Yuri untuk lepas dari bayang-bayang sosok Adri.

“inget, dia itu Cuma mantan lo!” namun ia pun sering berkata seperti itu sendiri. Tapi lagi-lagi fikirannya selalu kembali ke masa itu. Dimana semuanya baik-baik saja, gak ada rasa sakit yang Yuri rasain. Satu tahun lebih mereka tak bertemu, selama itu pun Yuri merindukan sosok Adri.

“udah lah lupain si Adri, cari yang baru lagi..” kata Ryza, sahabat Yuri.

“percuma tau gak!” Yuri kesal

“percuma gimana? Belum lo coba kan? Move on Ri, move on!”

“ya percuma, kalau gue pacaran sama orang lain tapi hati dan fikiran gue masih sama Adri, Adri, Adri, dan Adri..” Yuri tambah kesal “berarti kalau gue pacaran sama orang itu, gue Cuma mainin dia doang dong? Kasian, mending gak usah.. gue juga lebih enak sendiri” tambahnya lagi.

“lebih enak? Gue tuh kasihan sama lo nya Ri, lo Cuma bisa liat si Adri dari sini, dari kejauhan doang, yah lebih tepatnya Cuma lewat facebook” Ryza merangkul sahabatnya itu.

            Yuri terdiam, benar apa yang di katakan Ryza. Yuri tahu apa yang sedang di alami oleh Adri hanya dari facebook, itu pun tak menjamin semuanya, hanya sebatas tahu.

“dari pertama kali gue sama Adri jadian, gue udah janji kalau dia bakal jadi cinta terakhir gue” akhirnya Yuri membuka mulut, matanya terlihat berkaca-kaca seperti ingin menangis.

“walau semua keadaannya udah kayak gini?” Ryza bertanya sinis “apa dia pernah Ri, sms lo lagi?” tambahnya, Yuri menggelengkan kepalanya matanya tambah berkaca-kaca.

“tapi dia pernah sms gue tanggal 27 kemarin Za” Yuri coba mengingat

“terus sekarang? Apa dia ngabarin lo lagi? Apa dia pernah mikirin lo Ri, kayak lo yang tiap saat selalu mikirin dia?” Ryza bertanya lagi, Yuri menggeleng lagi, kini matanya berair, ia menangis di pelukan Ryza. “udah yah Ri, jangan nangis lagi gue Cuma mau nguatin lo” akhirnya Yuri menghapus air mata yang telah membasahi kedua pipinya.


***

            Pagi itu Yuri terbangun, masih pukul 02.00 dini hari. Semenjak pisah dari Adri, Yuri setiap hari memang selalu terbangun dari tidurnya lewat dari jam 12, setiap ia terbangun pun ia berharap kalau ada sms masuk dari Adri.
“mana ya?” Yuri merogoh-rogoh bawah bantalnya, mencari handphone

“kok nggak ada sih?” Yuri akhirnya bangun dari tempat tidur dan menyalakan lampu kamarnya

“ahh ini dia!” dia mendapatkan handphone nya ada di lantai, kejadian seperti itu sudah sering terjadi. Ia kembali mematikan lampu kamarnya, lalu memulai kebiasaan yang ia lakukan di dini hari tersebut.

“nggak ada sms, selalu, oh iya harusnya gue tau kalo Adri udah lupain gue, arrgghhh shit..” lagi-lagi Yuri tak mendapatkan sms dari Adri, ia rindu Adri. Lalu ia melakukan kebiasaan keduanya, Online facebook, iya dia hanya mengecek facebook Adri kalau-kalau ada berita terbaru.

“adriii…” rintih Yuri, ia tiba-tiba menangis setelah mendapatkan apa yang ia lihat di facebook Adri.

Pagi harinya Yuri demam cukup tinggi hingga ia di haruskan di rawat di rumah sakit. Ryza saat itu kaget dan langsung menjenguk sahabatnya.

“tante, kenapa Yuri bisa kayak gini?” Ryza langsung memasang wajah cemas ke Ely, mamanya Yuri.

“tante juga gak tau, kata dokter Yuri kena demam berdarah” Ely juga tak kalah cemas melihat anaknya tergolek lemas di dalam kamar rawat inap. Mereka hanya bisa melihat Yuri dari kaca pintu. Ryza melihat Yuri yang merintih seperti menahan sakit ketika sedang di ambil darahnya oleh perawat dia tak tega melihat sahabatnya seperti itu.

“tante, Yuri kesakitan ya?” Ryza bertanya pada Ely, dia seperti merasakan rasa sakit yang di rasakan oleh Yuri

“sepertinya begitu, do’ain saja biar Yuri cepat sembuh ya Ryza” lalu Ryza menganggukan kepalanya

***

            Sudah sekitar 4 hari Yuri di rawat di rumah sakit. Yuri selalu menanyakan kabar Adri pada Ryza.

“sekarang yang penting lo sembuh dulu, jangan mikir yang macem-macem deh” kata Ryza yang saat itu duduk di samping tempat tidur Yuri

“apa dia tahu kalau gue di rawat Za?” suara Yuri melemah, seperti setengah berbisik. Lalu Ryza menggelengkan kepalanya, ada rasa bersalah

“yaudah nanti gue kasih tahu Adri” Ryza coba menghibur Yuri

“jangan Za, pokoknya jangan, gue takut ganggu dia sama……” suara Yuri masih melemah “sama Lyn” Yuri meneruskan perkataannya.

“apa? Cowok sialan, udah punya cewek baru lagi dia Ri?” omel Ryza, Yuri megangguk, matanya panas, lalu seketika dia menjatuhkan air matanya. Entah untuk yang keberapa kalinya.

Keesokan harinya Ryza kembali ke rumah sakit, keadaan Yuri sudah sedikit membaik. Tapi Ryza tahu, Cuma Adri satu-satunya penyemangat Yuri.

“itu kan…” Ryza langsung bangun dari kursi tunggu “Adriii..!!!”  Ryza lari mengejar Adri yang hampir keluar dari rumah sakit.

“eh elo Za” Adri masih tampak bingung “lo ngapain disini?” kata Adri lagi

“lo bisa ikut gue gak sebentar?” pinta Ryza “ayok cepetan!” tanpa dapat persetujuan dari Adri, Ryza langsung menarik tangan Adri untuk ikut dengannya

“eh, aduuh gue mau di bawa kemana?” Adri tambah bingung

“itu..” Ryza menunjuk Yuri dengan mulutnya, Adri terlihat shock, begitu juga dengan Yuri.

“gue tahu Ri, Cuma Adri yang bisa nyembuhin lo, Cuma Adri penyemangat hidup lo kan? Maaf gue nggak kasih tahu kalian berdua, gue Cuma mau liat lo kayak Yuri yang dulu” Ryza menahan air mata harunya “oke gue tinggal lo berdua dulu” lalu Ryza pun keluar.

            Kini hanya ada Yuri dan Adri, iya hanya berdua. Mereka berdua masih membisu, terlihat jelas mereka masih terlihat shock. Hingga akhirnya mereka mendengar banyak tangisan dari ujung lorong rumah sakit tersebut. Tergotong sebuah tandu yang menuju ambulance untuk membawa keluar jenazah. Tangisan semakin kuat. Mereka berdua tambah terdiam.

“aku nggak tahu apa perasaan kamu, aku juga nggak tahu apa isi hati kamu, tapi kalau nanti aku meninggal aku mau kamu seperti orang-orang tadi, MENANGIS ketika kamu kehilangan aku” kata Yuri menatap lurus ke luar jendela kamar inap tersebut

“Yurii..” Adri mendekap Yuri

“aku nggak mau kamu datang dan pergi terus Dri, aku capek..” Yuri menangis dalam dekapan Adri

“maafin aku Ri, apa yang aku lakuin emang salah, maafin aku, aku sayang kamu” Adri membelai rambut Yuri, Yuri semakin menangis, Adri menghapus air mata Yuri, mereka berpelukan.

“kalau kita memang jodoh, datang lagi ke rumah sakit ini satu tahun lagi tepatnya jam 02.00 dini hari, itu tepat saat aku selalu menunggu kamu” kata Yuri

“tapi kenapa satu tahun lagi? Apa itu nggak terlalu lama?” Adri melepaskan pelukannya, tapi Yuri hanya tersenyum.

***

1 tahun kemudian..

“mau kemana kamu? Ini udah malem” Ely khawatir dengan Yuri

“ada yang mau jemput aku mah, lagian aku sama Ryza” sangkal Yuri, padahal ia hanya pergi sendirian

“tapi Ri..”

“udah yah, mama tenang aja, aku pasti aman kok abis ini aku juga pulang, pulang mama, aku pasti ‘pulang’, assalamualikum” Yuri langsung mencium tangan mamanya, lama sekali “daaaahh mama” Yuri tak seperti biasanya seperti itu.

            Pagi itu Yuri menepati janjinya pada Adri bahwa dia akan datang ke Rumah Sakit itu lagi setelah satu tahun kemudian. Yuri benar-benar yakin bahwa Adri lah cinta terakhir baginya. Setelah Yuri sampai di depan Rumah Sakit, Adri belum datang. Selama menunggu, Yuri menyiapkan surat untuk Adri. Sekitar 15 menit kemudian Adri datang, tapi masih di seberang jalan, surat itu masih ia pegang di tangan kanannya.

“Adrriiiiii…” teriak Yuri sambil melambaikan surat di tangannya, dia terlihat sangat bahagia, lalu dia menyebrang jalan menuju Adri

“AAWWWAAASSSS YUUURRRIIIIIIII..” teriakan Adri tak terdengar oleh Yuri, dan..

“BBBBRRUUUUKKK!!!” suara rem, klakson, tak henti-hentinya bersahutan, ketika itu juga tubuh Yuri terbanting, darah di mana-mana.

“Adri.. aku sa.. yang kka.. muu” Yuri mengatakan itu di pangkuan Adri dengan sangat terbata-bata, tersengal-sengal, ia hanya ingin Adri tahu itulah kata-kata terakhir utnuknya. Lalu Yuri seketika tertidur, tidur panjang. Adri berteriak sekencang-kencangnya, menangis, Yuri telah meninggal. Surat itu telah berlumuran darah..



Untuk Adri, cinta terakhirku..

Aku tak tahu mengapa aku ingin menulis ini, rasanya aku ingin di ‘jemput’ kalau memang benar nanti aku di ‘jemput’ aku percaya kalau kamu memang menangis ketika kehilanganku..

Waktu aku tak bersamamu dulu, aku selalu menunggu smsmu tepat jam 02.00 dini hari, tapi yang aku dapatkan selalu mengecewakanku, kau tak kunjung memberi kabar.. dan sekarang kalau kau masih pacarku, ini hari jadi kita yang ke 3 tahun..

Aku tak pernah bosan selama 2 tahun ini menunggumu lagi, aku memang cemburu ketika ada perempuan lain yang menjadi penggantiku.. aku sakit melihat semuanya, aku sakit ketika yang kau sayang bukan aku lagi..

Tapi dari awal dulu kita pacaran, aku janji bahwa kau memang cinta terakhirku, aku yakin itu, sampai sekarang saatnya tiba. Iya benar aku memang tak tahu apa perasaanmu kepadaku lagi, apa isi hatimu padaku. Tapi aku sudah bilang kalau aku mencintaimu, aku nggak berharap kamu masih merasakan hal yang sama, aku Cuma ingin, kau menjadi orang yang paling sedih ketika aku meninggalkanmu, untuk selamanya..


Yuri..


*Setelah kejadian itu..

“jangan pernah sia-siain orang yang bener-bener sayang sama kita sebelum akhirnya dia bener-bener pergi untuk selamanya, takdir nggak ada yang tau, pahami, ngertiin, dan kalo bisa sedikit ikut ngerasain apa yang dia rasain, sebelum semuanya TERLAMBAT, sebelum MENYESAL kayak gue.. J#Adri Quotes


yovincanabilla

Tidak ada komentar:

Posting Komentar